“Itu hanya isu murahan karena hanya 25 Ha yang menjadi lokasi pilot jagung hybrida. Sayang sekali ya tim kampanye disebelah ilmu matematika dan ilmu ekonomi masih kurang perlu ikut kursus metode gasing dan ekonomi sumber daya alam. Tambahnya.
Selain itu, Tim kampanye sebelah tidak bisa membedakan antara regulasi pajak catring dan pajak restoran. Pajak catring dihitung seperti menjual roti dan sekarang tanpa pembebasan lahan. “Ini sebenarnya bukan isu atau kampanye hitam tetapi mereka kurang memahami regulasi.
“Sangat disayangkan jika pernyataan atau narasi tersebut memalukan karena seorang calon bupati/wakil bupati hanya menyerang tanpa didasarkan pada kapasitas scientific. Kalau kapasitas keilmuan sangat rendah mau dibawa ke mana negeri Fagogoru.” Jelas hamdan.
Keterbatasan inilah menyebabkan pengelolaan keuangan daerah menjadi bias, defisit dan hutang proyek ratusan miliar yang akhirnya diselesaikan oleh Ikram Malan Sangadji dalam tempo tidak sampai dua tahun padahal hanya sebagai Pj. Bupati bukan bupati definitif.
Simak halaman berikutnya…
