Redaksi24, Sula – Dinas Lingkungan Hidup, kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Kepulauan Sula (DLHKP) mengadakan pelatihan pembuatan pupuk kompos bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di kawasan wisata Tanjung Waka, Jumat sore (13/12/2024).
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran lingkungan sekaligus memberikan nilai tambah bagi para pelaku UMKM di wilayah tersebut.
Kadis LHKP, Nurhayati Latuconsina, mengungkapkan bahwa pelatihan ini berfokus pada pengolahan sampah organik, terutama daun-daun kering yang banyak ditemukan di area wisata.
“Kami ingin membekali pelaku UMKM agar mampu memanfaatkan sampah dedaunan menjadi sesuatu yang bernilai, sehingga dapat membantu menjaga kelestarian lingkungan,” ujarnya.
Proses pembuatan pupuk kompos dimulai dengan pengumpulan dedaunan yang kemudian dicincang secara manual atau menggunakan mesin.
Selanjutnya, dedaunan tersebut dicampur dengan gula merah, gula pasir, dan cairan Effective Microorganism (EM4) untuk mempercepat proses fermentasi.
Nurhayati Latuconsina menambahkan, hasil akhir dari pengolahan sampah ini dapat digunakan untuk tanaman hortikultura seperti cabai dan tomat. “Kami berharap para pelaku UMKM dapat memanfaatkan pupuk kompos ini untuk mendukung usaha pertanian skala kecil di sekitar kawasan wisata,” tambahnya.
Pelatihan ini diikuti oleh puluhan peserta yang mayoritas merupakan ibu-ibu pengelola UMKM di Tanjung Waka. Mereka tampak antusias mengikuti setiap tahapan pengolahan kompos, mulai dari pencacahan dedaunan hingga proses fermentasi.
Salah satu peserta, mengaku sangat terbantu dengan pelatihan ini. “Selain menambah pengetahuan, kami juga bisa memanfaatkan sampah yang biasanya hanya dibuang begitu saja. Ke depan, pupuk ini bisa digunakan untuk tanaman di pekarangan rumah,” ungkapnya.
Kegiatan ini juga diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengurangi sampah organik di kawasan wisata Tanjung Waka.
Dengan adanya program ini, DLHKP ingin mendorong keterlibatan masyarakat setempat dalam menjaga kebersihan lingkungan wisata.
Hal ini dilakukan agar para peserta dapat langsung mempraktikkan ilmu yang telah diperoleh di lingkungan mereka masing-masing.
“Kami ingin menjadikan kegiatan ini sebagai langkah awal untuk menciptakan kawasan wisata yang lebih ramah lingkungan,” tutup Nurhayati.
Tinggalkan Balasan